MUFTI RIZAL

SWARACORP - semakin komplit kemirisan saya saat ini, kegaduhan demi kegaduhan bermunculan silih berganti. Instansi negara yang berwenang memulai tugasnya untuk penegakan hukum justru dianggap oleh banyak kalangan sebagai biang keladi kegaduhan.

Pergantian individu yang dianggap biang gaduh perlahan mulai meredup. Timbullah kegaduhan baru, kegaduhan yang lebih cocok dianggap kegaduhan individu yang penuh ambisi, mengatasnamakan rakyat, bangsa dan negara.

Para pebisnis dan kalangan yang pro-kontra bermunculan terhadap kegaduhan tersebut, media berbahagia mendapatkan bahan segar untuk dimasak, media tidak peduli maju mundurnya bangsa yang penting ada duit datang.

Celakanya, Presiden yang dibesarkan oleh media tetap asik bermain dengan retorika, jargon dan mimpi ideologi. Entah dimana nawacita berada, entah untuk siapa revolusi mental ada. entah siapa yang berani dengan "gagah" sebagai pemimpin menjawab dengan perbaikan dalam keterpurukan ekonomi saat ini bukan dengan mengkambing hitamkan pihak lain (pemerintah masa lalu, kondisi global, cuaca dll). Yang pasti dan menjadi fakta, ekonomi semakin terpuruk, rakyat merasakan segala kesusahan semakin susah.

The Point, Indonesia butuh pemimpin yang bukan karena posisi, tapi pemimpin yang karena fungsi, pemimpin yang capable bukan pemimpin yang cuma kerja.-Ujarnya